Sabtu, 20 April 2024

TABE

 

                       


Bagi yang sudah sering ke Airport Komodo, tulisan yang tertera pada advertising board dan berdiri pas depan loby kedatangan sudah pasti sering membacanya. Tidak bagi Saya. Saya sering ke bandara Komodo, tapi tulisan ini luput dari perhatian saya.

Pada pagi yang cerah hari ini, Sabtu saya ke bandara untuk menjemput Sangkulerong yang datang dari Kupang. Keberuntungan bagi saya karena seharusnya pesawat Lion Kupang Labuan Bajo tiba jam 09.30, ternyata undur sampai jam 10.30. Memanfaatkan waktu yang tersisa itu, sayapun memojok dan duduk di loby mengarah ke depan, ke jalan dimana mobil hantar dan jemput penumpang tak sedetikpun terlewatkan lalu lalang di depan saya. Tanpa sadar mata saya tertuju pada tulisan besar di hadapan saya, " I ❤Labuan Bajo". Saya mengamati tulisan itu dan mencoba untuk memaknainya dengan imajinasi saya. Percobaan untuk memaknai tulisan itu terputus oleh tulisan Kapital warna merah menyolok di bawah tulisan di atas.

TABE. Di bawah tulisan TABE, ada tulisan Tertib Aman Berkesan Estetik. Sayapun berusaha untuk memahami dan menerima bahwa TABE adalah akronim dari Terib, Aman, Berkesan dan Estetik. Tetapi pikiran saya menjalar. Fokus Saya tidak lagi pada kepanjangan Tabe tetapi pada kata TABE itu sendiri.

Tabe adalah satu kata Bahasa Manggarai. Tabe sering digunakan dalam komunikasi harian untuk orang Manggarai, khususnya Manggarai Barat yang berdiam di wilayah keduluan Kempo, Matawae, Boleng juga Mburak.

Tabe berarti sapaan " selamat" atau "permisi" ( tergantung konteks). Tabe yang berarti selamat, lebih banyak diberikan kepada tamu atau teman yang berjumpa dengan kita baik secara individu maupun group. Setiap kali kita bertemu tamu atau teman, selalu memberi sapaan dengan mengucapkan kata "TABE". Tetapi hanya mengucapkan kata Tabe akan menjadi tidak bermakna jika tidak diikuti aksi. Aksinya berupa mengangkat tangan kanan kita dan membuka telapaknya, mengulurkan kepada tamu atau teman, menjabat erat telapak tangan kanan teman atau tamu, setelah dilepas tangan kanan kita ditarik dan ditempelkan di dada, sementara tangan kiri diposisikan di atas kepala kita sendiri. Pihak yang menginisiasi jabat tangan dan mengucapkan kata TABE adalah kita sebagai pihak penerima tamu.

Menjadi pertanyaan bahwa apa yang mau ditonjolkan oleh pemilik papan iklan dengan bertuliskan TABE dan dipasang di Airport Komodo. Mari kita singkap dan temukan yang tersembunyi dibalik Tabe.

Sebelum itu semua, pertama saya harus mengapresiasi yang tinggi kepada mereka yang memiliki dan melahirkan gagasan memancang papan iklan di Airport Komodo bertuliskan bahasa Manggarai, TABE.

Pertama, Memartabatkan bangsa atau suku bangsa. Aksi yang ditunjukkan itu memperlihatkan sebuah sikap heroik seorang anak bangsa yang berusaha menaikkan harkat dan martabat suku bangsa ke level nasional ataupun global. Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya. Termasuk di dalamnya kekayaan akan suku bangsa, bahasa dan budaya. Tabe yang merupakan bahasa Manggarai adalah aset budaya bangsa yang akan memperkaya bahasa nasional , bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Menjadi harapan orang Manggarai bahwa Tabe terus digunakan sehingga bisa diakui sebagai bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Manggarai.

Kedua, Aksi ini menjadi bagian dari upaya merawat dan melestarikan bahasa Manggarai sebagai budaya bangsa. Tak bisa dipungkiri bahwa banyak kata-kata bahasa Manggarai sudah tidak terdengar lagi atau hilang dari pendengaran kita akan penggunaannya dalam percakapan harian oleh orang Manggarai sendiri. Misalnya kata "tisu" yang berarti "senduk" sebagai peralatan makan.

Ketiga, Mau menginformasikan kepada tamu yang datang bahwa orang Manggarai adalah orang yang berbudaya, ramah, senyum, tahu menghargai dan menghormati serta bisa melayani tamu dengan senang hati. Dengan demikian tamu seakan mendapat jaminan bahwa selama berada di Manggarai mereka dilayani dengan baik, dihargai, dihormati dan memperoleh kepastian rasa aman.

Keempat, advertising board yang bertuliskan "Tabe" menjadi representatif masyarakat Manggarai yang memberikan sapaan perdana "Tabe" serta siap menerima dan rela tinggal bersama tamu yang datang.

Dalam pengertian lain, Tabe berarti "permisi". Setiap kali kita berjalan di depan seseorang atau sekelompok orang, atau di tengah sekelompok orang, mesti mengucapkan kata Tabe. Tetapi mengucapkan kata "Tabe" saja menjadi tidak sempurna ketika tidak diikuti dengan tindakannya. Tindakan yang dilakukan saat mengucapkan kata Tabe adalah badan agak dibungkukkan, jarak pandang ke depan kurang lebih 2-3 meter, tangan kanan dijulurkan ke bawah dan sedikit ke depan ( Kira-kira membentuk sudut 45 derajat), telapak tangan dibuka dan jari-jari dirapatkan. Sementara tangan kiri memegang bagian sebelah atas pergelangan tangan kanan.

Mengucapkan Tabe dan disertai dengan tindakan seperti di atas mau menunjukkan bahwa seseorang yang jalan dihadapan orang lain mestinya memohon ijin, menghormati dan menghargai mereka yang berada di sekitar dia yang jalan. Sebuah bentuk penghormatan dan penghargaan terhada sesama.


 


Senin, 15 April 2024