Dirangkum oleh STEFANUS SATU, S.Pd
A. Pengertian Break Even Point (BEP)
1. Mulyadi
Menurut Mulyadi, BEP diartikan sebagai impas, yakni
keadaan di mana usaha tidak mendapatkan laba, tapi juga tidak menderita
kerugian. Dengan kata lain, usaha tersebut dikatakan impas apabila jumlah
pendapatannya sama dengan jumlah biaya, atau jika laba kontribusi digunakan
untuk menutup biaya saja.
2. Harahap
Menurut Harahap, Break Even Point adalah kondisi atau
kinerja perusahaan di mana tidak adanya laba dan tidak mengalami kerugian.
Dengan kata lain, semua biaya yang sudah dikeluarkan bisa tertutup dari
pendapatan suatu produk.
B. Fungsi Break Even Point (BEP)
1. Menentukan Besaran
Volume Barang
BEP memiliki fungsi untuk menentukan besaran volume
barang yang akan diproduksi. Setelah dapat menentukan volume produksi, maka
dengan BEP pengusaha bisa menentukan memproyeksikan laba dari perusahaan.
2. Memudahkan Untuk
Menentukan Langkah
Seorang Pebisnis atau pengusaha juga bisa menentukan
langkah yang efisien untuk kedepannya. Contohnya menentukan langkah untuk
mengurangi beban yang dianggap tidak perlu dalam kinerja pada perusahaan. Hal
itu dapat dilakukan dengan membuat BEP terlebih dahulu.
3. Mengetahui Perubahan
Nilai Keuntungan
Fungsi dari BEP berperan tinggi dalam mengetahui perubahan nilai keuntungan yang mungkin saja terjadi jika terjadi suatu perubahan harga dari produk. Hal ini sebenarnya didapatkan dari pengertian bahwa nilai BEP dan harga produk yang dijual berada dalam satu garis linear. Oleh sebab itu, jika salah satu point dalam definisi tersebut tinggi, maka point lainnya yang berada dalam garis tersebut juga akan tinggi.
C. Dasar-Dasar Break Even Point (BEP)
Seorang pengusaha bisa memahami dan mengetahui keuangan
dalam periode tertentu atau selanjutnya dengan melihat BEP dari hasil
penjualan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan pemahaman mengenai konsep dasar
dalam menentukan titik BEP ini. Berikut ini terdapat beberapa macam dasar dari
Break Even Point yang harus dipahami dan dimengerti:
1.
Bahan
utama dalam perhitungan BEP ini merupakan biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel ( Variable cost )
2.
Apabila
muncul suatu perubahan selama produksi, maka tidak berpengaruh pada nilai biaya
tetap atau fixed cost dan tetap konstan.
3.
Munculnya
perubahan volume dari kapasitas produksi, tentu saja berpengaruh pada nilai
biaya variabel keseluruhannya.
4.
Jika
nilai jual barang tetap, maka selama analisis dilakukan tidak akan memunculkan
perubahan harga jual yang ditetapkan.
5.
Jika
dilihat dari perhitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan akan selalu
dianggap sudah habis terjual.
6.
Menghitung
BEP berlaku untuk satu produk, jika perusahaan melakukan produksi secara
massal, maka diperlukan persamaan hasil penjualan setiap produk.
D.
Manfaat
dari Break Even Point
1. Membantu perusahaan/pebisnis untuk mengambil langkah yang lebih efisien
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa BEP
merupakan salah satu cara untuk menghitung apakah suatu produk yang dijual bisa
menguntungkan perusahaan atau tidak. Oleh sebab itu, dengan menghitung BEP,
maka perusahaan akan menjadi lebih mudah dalam menentukan langkah apa yang
harus dilakukan agar perusahaan menjadi lebih berkembang dan maju.
2. Dapat membuat estimasi waktu balik modal
Manfaat kedua dari menghitung BEP pada suatu perusahaan
adalah pengusaha menjadi lebih mudah dalam menentukan estimasi waktu untuk
balik modal. Benar sekali, setiap pengusaha atau pebisnis pastinya menginginkan
untuk balik modal. Dengan menghitung BEP, maka pebisnis bisa menghitung
perputaran penjualan suatu produk, sehingga bisa mengetahui kapan waktu untuk
balik moda, entah itu dalam hitungan tahun atau bulan.
Dengan begitu, pengusaha atau pebisnis bisa menumbuhkan perusahaan. Bahkan,
dengan BEP, pebisnis bisa menjadi lebih mudah untuk menentukan kapan
membutuhkan investor.
3. Profitabilitas dalam
suatu bisnis
Manfaat yang ketiga dari Break Even Point adalah dapat
meningkatkan profitabilitas dalam suatu bisnis. Hal ini dapat terjadi karena
dengan menghitung BEP, maka perusahaan menjadi lebih mudah dalam melakukan
analisa keuntungan. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa BEP dapat mengurangi
risiko terjadinya kerugian dari suatu perusahaan.
E. Komponen yang Membentuk Break Even Point
1. Biaya Tetap/Fixed Cost
Jenis biaya yang tidak berubah atau statis dengan
kenaikan atau penurunan jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau bahasa
gampangnya bisa diartikan sebagai biaya yang harus dihitung meskipun saat itu
bisnisnya sedang mengalami penurunan dalam penjualan atau tidak memproduksi
sesuatu.
2. Biaya Variabel
Jenis biaya yang angkanya tidak tetap atau bisa dibilang
dengan bisa berubah, tergantung dari tingkat produksi yang sedang dilakukan.
Tingkat produksi dan biaya variabel akan selalu sama dan berkaitan. Contoh dari
variabel cost ini antara lain, bahan baku, beban listrik, air dan lain-lain.
3. Harga Jual
Hal ini didapatkan dari semua biaya yang diperlukan dalam
memproduksi suatu barang, ditambah dengan keuntungan yang ingin didapatkan.
4. Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan yang didapatkan dari seluruh
penjualan produk atau jasa. Jumlah pendapatan tersebut didapatkan berdasarkan
harga jual dikali dengan jumlah produk yang berhasil tembus dijual di pasaran.
5. Laba
Komponen pembentuk BEP yang terakhir tidak jauh dari nama
keuntungan, cara menghitung keuntungan atau laba ini dengan sisa penghasilan
yang didapat dikurangi oleh biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variable cost).
F.
Faktor
Peningkat Break Even Point (BEP)
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang bisa
meningkatkan Break Even Point:
1. Peningkatan Penjualan
Saat terjadinya peningkatan penjualan oleh konsumen,
dapat diartikan sebagai permintaan yang lebih tinggi. Untuk menanggapi hal
tersebut, maka perusahaan tentu perlu meningkatkan aktivitas produksinya. Pada
akhirnya, BEP akan mengalami kenaikan untuk menutupi biaya penambahan produksi
tersebut.
2. Biaya Produksi
Meningkat
Biaya produksi yang meningkat ini juga bisa menjadi
beberapa faktor yang melonjakkan Break Even Point. Hal ini bisa menjadi
tantangan tersendiri sebagai pebisnis saat permintaan produk atau penjualan
pelanggan tetap sama, namun biaya variabelnya saja yang meningkat. Tidak hanya
biaya produksi, BEP juga bisa meningkat akibat adanya kenaikan biaya sewa
gedung, gaji karyawan, ataupun biaya utilitas.
3. Perbaikan Peralatan
Faktor lainnya yang bisa meningkatkan BEP itu adalah
perbaikan alat termasuk masalah pada produksi. Saat hal itu terjadi, kenaikan
BEP juga terjadi, itu semua karena jumlah target unit yang tidak bisa
diproduksi sesuai waktu yang telah ditentukan. Peralatan yang gagal beroperasi
atau menghasilkan produk yang gagal juga bisa berujung pada meningkatnya biaya
operasional, sehingga titik impasnya menjadi lebih tinggi.
G. Cara Mengurangi Break Even Point (BEP)
Agar bisnis anda dapat menghasilkan laba yang lebih
tinggi, maka nilai BEP harus diturunkan. Berikut ini adalah cara yang paling
efektif untuk mengurangi nilai BEP antara lain:
1. Menaikkan Harga Produk
Langkah ini sebenarnya jarang sekali digunakan karena
para pebisnis rata-rata takut kehilangan customer-nya. Namun, untuk mengurangi
nilai BEP untuk meningkatkan profitabilitas, sebaiknya anda perlu
mempertimbangkan lebih dalam mengenai menaikkan harga jual suatu produk ini ke
masyarakat luas.
2. Melakukan Outsourcing
Profitabilitas merupakan kemampuan pebisnis dalam menghasilkan profit dalam periode tertentu dengan meningkatkan penjualan, aset dan modal tertentu. Profitabilitas ini dapat meningkat jika pebisnis memilih untuk melakukan outsourcing yang mana cara ini dapat digunakan untuk membantu dalam mengurangi biaya produksi ketika volume produksi meningkat.
H. Rumus BEP (Break Even Point)
Untuk menghitung nilai BEP ini anda bisa menggunakan dua
rumus yang berbeda, yaitu berdasarkan unit atau berdasarkan nominal. Rumus BEP
unit ini akan membantu Anda untuk mengetahui berapa banyak unit yang harus
diproduksi untuk mencapai titik impas. Sedangkan, rumus BEP nominal ini yang
akan membantu Anda untuk mengetahui berapa banyak nilai penjualan yang dicapai
untuk mencapai titik impas.
Rumus BEP unit yang bisa Anda gunakan:
BEP = Total Biaya
Tetap / (Harga Jual Produk per Unit – Biaya Variabel Unit Produk)
Contoh:
Mimi memiliki bisnis kantin sekolah. Biaya tetap yang
dibutuhkan oleh bisnisnya ialah sejumlah Rp 10.000.000 per bulan. Biaya
variabel per unit produknya adalah Rp 10.000. Sedangkan, harga jual makanan
tersebut adalah Rp 20.000. Maka, cara menghitung BEP bisnis Mimi adalah sebagai
berikut:
BEP Unit:
BEP
= 10.000.000 / (20.000-10.000)
BEP = 10.000.000 / 10.000
BEP = 1.000 unit
Ilustrasi diatas mengartikan untuk mencapai titik impas
di mana bisnis Mimi tidak akan mengalami kerugian jika Mimi harus memproduksi
sekitar 1.000 pax makanan dalam satu bulan.
Rumus BEP nominal adalah sebagai berikut:
BEP = Total Biaya
Tetap / (1 – Biaya Variabel Unit Produk / Harga Jual Produk per Unit)
BEP Nominal:
BEP
= 10.000.000 / (1-10.000 / 20.000)
BEP = 10.000.000 / (1- 0.5)
BEP = 10.000.000 / 0.5
BEP = 20.000.000
Arti
dari ilustrasi diatas adalah agar bisnis kantin Mimi mampu mencapai titik impas
dengan melakukan penjualan senilai Rp 20.000.000,00 setiap bulannya.
BEP
Per Biaya =
= (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit
PT
Lingkar Senja di bulan Agustus 2022 memproduksi 500 unit semen, dengan biaya
tetap sebesar Rp15.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp60.000 per unit semen.
Berapa BEP per biaya yang didapat PT Lingkar Senja?
Total Variable Cost
= Rp60.000 x 500 unit = Rp30.000.000
BEP Per Biaya =
= (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit
= (Rp15.000.000 + Rp30.000.000) / 500
= Rp45.000.000 / 500
= Rp90.000
Maka BEP per biaya PT Lingkar Senja pada bulan Agustus 2021
adalah Rp90.000/unit. Jika Bila PT Lingkar Senja ingin mendapatkan profit,
harga semen persaknya harus lebih tinggi dari BEP yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
1.
https://majoo.id/solusi/detail/bep-break-event-point-adalah
2.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-break-even-point/