Rabu, 20 Maret 2024

Break Even Point ( BEP )

 

                                                    Dirangkum oleh STEFANUS SATU, S.Pd

A.  Pengertian Break Even Point (BEP)

1. Mulyadi

Menurut Mulyadi, BEP diartikan sebagai impas, yakni keadaan di mana usaha tidak mendapatkan laba, tapi juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, usaha tersebut dikatakan impas apabila jumlah pendapatannya sama dengan jumlah biaya, atau jika laba kontribusi digunakan untuk menutup biaya saja.

2. Harahap

Menurut Harahap, Break Even Point adalah kondisi atau kinerja perusahaan di mana tidak adanya laba dan tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, semua biaya yang sudah dikeluarkan bisa tertutup dari pendapatan suatu produk.

B.  Fungsi Break Even Point (BEP)

1. Menentukan Besaran Volume Barang

BEP memiliki fungsi untuk menentukan besaran volume barang yang akan diproduksi. Setelah dapat menentukan volume produksi, maka dengan BEP pengusaha bisa menentukan memproyeksikan laba dari perusahaan.

2. Memudahkan Untuk Menentukan Langkah

Seorang Pebisnis atau pengusaha juga bisa menentukan langkah yang efisien untuk kedepannya. Contohnya menentukan langkah untuk mengurangi beban yang dianggap tidak perlu dalam kinerja pada perusahaan. Hal itu dapat dilakukan dengan membuat BEP terlebih dahulu.

3. Mengetahui Perubahan Nilai Keuntungan

Fungsi dari BEP berperan tinggi dalam mengetahui perubahan nilai keuntungan yang mungkin saja terjadi jika terjadi suatu perubahan harga dari produk. Hal ini sebenarnya didapatkan dari pengertian bahwa nilai BEP dan harga produk yang dijual berada dalam satu garis linear. Oleh sebab itu, jika salah satu point dalam definisi tersebut tinggi, maka point lainnya yang berada dalam garis tersebut juga akan tinggi.

C.   Dasar-Dasar Break Even Point (BEP)

Seorang pengusaha bisa memahami dan mengetahui keuangan dalam periode tertentu atau selanjutnya dengan melihat BEP dari hasil penjualan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan pemahaman mengenai konsep dasar dalam menentukan titik BEP ini. Berikut ini terdapat beberapa macam dasar dari Break Even Point yang harus dipahami dan dimengerti:

1.        Bahan utama dalam perhitungan BEP ini merupakan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel ( Variable cost )

2.      Apabila muncul suatu perubahan selama produksi, maka tidak berpengaruh pada nilai biaya tetap atau fixed cost dan tetap konstan.

3.      Munculnya perubahan volume dari kapasitas produksi, tentu saja berpengaruh pada nilai biaya variabel keseluruhannya.

4.      Jika nilai jual barang tetap, maka selama analisis dilakukan tidak akan memunculkan perubahan harga jual yang ditetapkan.

5.      Jika dilihat dari perhitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan akan selalu dianggap sudah habis terjual.

6.      Menghitung BEP berlaku untuk satu produk, jika perusahaan melakukan produksi secara massal, maka diperlukan persamaan hasil penjualan setiap produk.

 

D.  Manfaat dari Break Even Point

 

1.  Membantu perusahaan/pebisnis untuk mengambil langkah yang lebih efisien

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa BEP merupakan salah satu cara untuk menghitung apakah suatu produk yang dijual bisa menguntungkan perusahaan atau tidak. Oleh sebab itu, dengan menghitung BEP, maka perusahaan akan menjadi lebih mudah dalam menentukan langkah apa yang harus dilakukan agar perusahaan menjadi lebih berkembang dan maju.

2. Dapat membuat estimasi waktu balik modal

Manfaat kedua dari menghitung BEP pada suatu perusahaan adalah pengusaha menjadi lebih mudah dalam menentukan estimasi waktu untuk balik modal. Benar sekali, setiap pengusaha atau pebisnis pastinya menginginkan untuk balik modal. Dengan menghitung BEP, maka pebisnis bisa menghitung perputaran penjualan suatu produk, sehingga bisa mengetahui kapan waktu untuk balik moda, entah itu dalam hitungan tahun atau bulan.
Dengan begitu, pengusaha atau pebisnis bisa menumbuhkan perusahaan. Bahkan, dengan BEP, pebisnis bisa menjadi lebih mudah untuk menentukan kapan membutuhkan investor.

3. Profitabilitas dalam suatu bisnis

Manfaat yang ketiga dari Break Even Point adalah dapat meningkatkan profitabilitas dalam suatu bisnis. Hal ini dapat terjadi karena dengan menghitung BEP, maka perusahaan menjadi lebih mudah dalam melakukan analisa keuntungan. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa BEP dapat mengurangi risiko terjadinya kerugian dari suatu perusahaan.

E.   Komponen yang Membentuk Break Even Point 

1. Biaya Tetap/Fixed Cost

Jenis biaya yang tidak berubah atau statis dengan kenaikan atau penurunan jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau bahasa gampangnya bisa diartikan sebagai biaya yang harus dihitung meskipun saat itu bisnisnya sedang mengalami penurunan dalam penjualan atau tidak memproduksi sesuatu.

2. Biaya Variabel

Jenis biaya yang angkanya tidak tetap atau bisa dibilang dengan bisa berubah, tergantung dari tingkat produksi yang sedang dilakukan. Tingkat produksi dan biaya variabel akan selalu sama dan berkaitan. Contoh dari variabel cost ini antara lain, bahan baku, beban listrik, air dan lain-lain.

3. Harga Jual

Hal ini didapatkan dari semua biaya yang diperlukan dalam memproduksi suatu barang, ditambah dengan keuntungan yang ingin didapatkan.

4. Pendapatan

Pendapatan atau penghasilan yang didapatkan dari seluruh penjualan produk atau jasa. Jumlah pendapatan tersebut didapatkan berdasarkan harga jual dikali dengan jumlah produk yang berhasil tembus dijual di pasaran.

5. Laba

Komponen pembentuk BEP yang terakhir tidak jauh dari nama keuntungan, cara menghitung keuntungan atau laba ini dengan sisa penghasilan yang didapat dikurangi oleh biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

F.   Faktor Peningkat Break Even Point (BEP)

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang bisa meningkatkan Break Even Point:

1. Peningkatan Penjualan

Saat terjadinya peningkatan penjualan oleh konsumen, dapat diartikan sebagai permintaan yang lebih tinggi. Untuk menanggapi hal tersebut, maka perusahaan tentu perlu meningkatkan aktivitas produksinya. Pada akhirnya, BEP akan mengalami kenaikan untuk menutupi biaya penambahan produksi tersebut.

2. Biaya Produksi Meningkat

Biaya produksi yang meningkat ini juga bisa menjadi beberapa faktor yang melonjakkan Break Even Point. Hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri sebagai pebisnis saat permintaan produk atau penjualan pelanggan tetap sama, namun biaya variabelnya saja yang meningkat. Tidak hanya biaya produksi, BEP juga bisa meningkat akibat adanya kenaikan biaya sewa gedung, gaji karyawan, ataupun biaya utilitas.

3. Perbaikan Peralatan

Faktor lainnya yang bisa meningkatkan BEP itu adalah perbaikan alat termasuk masalah pada produksi. Saat hal itu terjadi, kenaikan BEP juga terjadi, itu semua karena jumlah target unit yang tidak bisa diproduksi sesuai waktu yang telah ditentukan. Peralatan yang gagal beroperasi atau menghasilkan produk yang gagal juga bisa berujung pada meningkatnya biaya operasional, sehingga titik impasnya menjadi lebih tinggi.

G.  Cara Mengurangi Break Even Point (BEP) 

Agar bisnis anda dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi, maka nilai BEP harus diturunkan. Berikut ini adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi nilai BEP antara lain:

1. Menaikkan Harga Produk

Langkah ini sebenarnya jarang sekali digunakan karena para pebisnis rata-rata takut kehilangan customer-nya. Namun, untuk mengurangi nilai BEP untuk meningkatkan profitabilitas, sebaiknya anda perlu mempertimbangkan lebih dalam mengenai menaikkan harga jual suatu produk ini ke masyarakat luas.

2. Melakukan Outsourcing

Profitabilitas merupakan kemampuan pebisnis dalam menghasilkan profit dalam periode tertentu dengan meningkatkan penjualan, aset dan modal tertentu. Profitabilitas ini dapat meningkat jika pebisnis memilih untuk melakukan outsourcing yang mana cara ini dapat digunakan untuk membantu dalam mengurangi biaya produksi ketika volume produksi meningkat.

H.  Rumus  BEP (Break Even Point)

Untuk menghitung nilai BEP ini anda bisa menggunakan dua rumus yang berbeda, yaitu berdasarkan unit atau berdasarkan nominal. Rumus BEP unit ini akan membantu Anda untuk mengetahui berapa banyak unit yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Sedangkan, rumus BEP nominal ini yang akan membantu Anda untuk mengetahui berapa banyak nilai penjualan yang dicapai untuk mencapai  titik impas.

Rumus BEP unit yang bisa Anda gunakan:

BEP = Total Biaya Tetap / (Harga Jual Produk per Unit – Biaya Variabel Unit Produk)

Contoh:

Mimi memiliki bisnis kantin sekolah. Biaya tetap yang dibutuhkan oleh bisnisnya ialah sejumlah Rp 10.000.000 per bulan. Biaya variabel per unit produknya adalah Rp 10.000. Sedangkan, harga jual makanan tersebut adalah Rp 20.000. Maka, cara menghitung BEP bisnis Mimi adalah sebagai berikut:

BEP Unit:

BEP = 10.000.000 / (20.000-10.000)
BEP = 10.000.000 / 10.000
BEP = 1.000 unit

Ilustrasi diatas mengartikan untuk mencapai titik impas di mana bisnis Mimi tidak akan mengalami kerugian jika Mimi harus memproduksi sekitar 1.000 pax makanan dalam satu bulan.

Rumus BEP nominal adalah sebagai berikut:

BEP = Total Biaya Tetap / (1 – Biaya Variabel Unit Produk / Harga Jual Produk per Unit)

BEP Nominal:

BEP = 10.000.000 / (1-10.000 / 20.000)
BEP = 10.000.000 / (1- 0.5)
BEP = 10.000.000 / 0.5
BEP = 20.000.000

Arti dari ilustrasi diatas adalah agar bisnis kantin Mimi mampu mencapai titik impas dengan melakukan penjualan senilai Rp 20.000.000,00 setiap bulannya.

BEP Per Biaya =

= (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit

PT Lingkar Senja di bulan Agustus 2022 memproduksi 500 unit semen, dengan biaya tetap sebesar Rp15.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp60.000 per unit semen. Berapa BEP per biaya yang didapat PT Lingkar Senja?

Total Variable Cost = Rp60.000 x 500 unit = Rp30.000.000

BEP Per Biaya =

= (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit

= (Rp15.000.000 + Rp30.000.000) / 500

= Rp45.000.000 / 500

= Rp90.000

Maka BEP per biaya PT Lingkar Senja pada bulan Agustus 2021 adalah Rp90.000/unit. Jika Bila PT Lingkar Senja ingin mendapatkan profit, harga semen persaknya harus lebih tinggi dari BEP yang dihasilkan.

 

 

Daftar Pustaka

1.        https://majoo.id/solusi/detail/bep-break-event-point-adalah

2.      https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-break-even-point/

 


 

 


Cara Menetapkan Harga Jual Produk

 

                                              Dirangkum oleh Stefanus Satu, S.Pd

Harga jual produk adalah salah satu hal penting yang harus diputuskan oleh penjual atau pengusaha dalam menjual produknya.

Cara menentukan harga jual produk didasari oleh berbagai banyak faktor.  Salah dalam menentukan harga jual  dengan baik, maka akan berpotensi pada kegagalan bisnis . Sebagai seorang pebisnis yang baik, sudah seharusnya  mengetahui cara menentukan harga jual produk agar tidak mengalami kerugian.

Harga jual adalah  harga barang  yang dibebankan kepada pelanggan. Harga barang terbentuk oleh  biaya produksi ditambah non produksi, dan laba yang diharapkan.

Banyak variabel yang bisa mempengaruhi penentuan harga jual produk. Hal ini meliputi elastisitas permintaan, laba perusahaan, produk, sasaran produk, hingga persaingan pasar dan permintaan pelanggan.

Cara menentukan harga jual produk dapat dipengaruhi oleh Biaya produksi + Biaya non produksi + Laba yang diharapkan.

Jika tidak mempertimbangkan tiga variabel tersebut, ada dua risiko yang akan Anda hadapi.

  • Menetapkan harga jual produk dengan  murah, maka imbasnya produk Anda banyak yang terjual. Namun, kemungkinan besar Anda akan mendapatkan keuntungan yang sedikit bahkan Mengalami kerugian.
  • Menetapkan harga jual produk mahal, maka imbasnya produk Anda sedikit yang terjual dan tidak bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan.

Maka dari itu, ada baiknya Anda mengetahui dan memahami cara menentukan harga jual agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan harga pokok penjualan.

Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Produk

Ada  beberapa faktor yang bisa mempengaruhi cara menentukan harga jual produk.

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Faktor pertama yang bisa mempengaruhi cara menentukan harga jual produk adalah biaya tetap atau fixed costBiaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan  harus dikeluarkan berapapun volume produksi perusahaan. Contoh biaya tetap adalah biaya perawatan mesin, tagihan listrik, sewa gedung, upah pekerja, dan hal lainnya.

2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Faktor kedua yang bisa mempengaruhi cara menentukan harga jual produk adalah biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai jumlah produksi. Seperti, biaya bahan baku, upah pekerja tambahan (jika ada), dan hal lainnya. Biaya variable jumlahnya berubah ubah mengikuti perubahan jumlah produksi.

3. Break Even Point (BEP)

Break even point adalah sebuah kondisi dimana jumlah pengeluaran untuk biaya produksi memiliki jumlah yang sama dengan pendapatan atau laba yang diterima dari hasil penjualan. BEP dikenal juga dengan nama analisis Titik Impas. Pada kondisi ini Perusahaan tidak mengalami keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian.

Perhitungan BEP sangatlah penting dalam cara menghitung harga jual produk. Sebab bisa menjadi dasar untuk melakukan analisis proyeksi berapa jumlah produk yang harus diproduksi hingga biaya yang dibutuhkan, dan harga penjualan yang harus ditentukan agar tidak mengalami kerugian.

Metode Menentukan Harga Jual Produk

1. Margin Pricing

Margin pricing adalah salah satu cara menentukan harga jual produk dengan menetukan persentasi keuntungan atas produk yang dijual. Metode ini sangat fleksibel , karena bisa dibandingkan juga dengan harga barang yang sejenis milik pesaing, apakah tinggi  atau rendah.

Berikut rumus harga jual produk dengan menggunakan metode penerapan harga margin pricing adalah:

Margin Pricing  = (harga jual – harga modal) / harga jual x 100%

Contoh, Bisnis  Anda bergerak di bidang makanan dan menjual berbagai macam donat dan kue-kue. Satu donat yang Anda jual berkisar Rp15.000,00 dengan modal Rp10.000,00. Maka cara menghitung keuntungan jualan dengan margin pricing adalah:

(Rp15.000,00 – Rp10.000,00) / Rp15.000,00 x 100%

= Rp5.000,00 / Rp15.000,00 x 100%

= 0,33 x 100%

= 33%

Jadi, keuntungan untuk setiap satu donat yang terjual, Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar 33%. Perlu diketahui bahwa, batas wajar keuntungan yang ideal adalah 50% dari modal yang Anda keluarkan. Sehingga, Anda masih bisa menaikan harga untuk satu donat yang dijual.

2. Markup Pricing

Menentukan harga jual produk dengan menggunakan metode  markup pricing, dilakukan dengan cara menambahkan persentase profit pada harga jual.

Rumus menetapkan harga jual produk dengan menggunakan metode markup pricing adalah:

Harga jual = modal + (modal x persentase margin)

Sebagai contoh, Anda mengeluarkan modal Rp10.000,00 untuk satu buah donat dan Anda ingin mendapatkan keuntungan sebesar 50%. Maka cara menghitung keuntungan jualan dengan markup pricing adalah:

Rp15.000,00 + (Rp15.000,00 x 50%)

= Rp15.000,00 + Rp7.500,00

= Rp22.500,00

Jika  ingin mendapatkan persentase profit hingga 50%, berarti  harus menaikan harga satu porsi donat menjadi Rp22.500,00.

3. Cost Plus Pricing

Menentukan harga jual produk  dengan metode  cost plus pricing, dilakukan dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk produksi.

Artinya, Anda bisa menjumlahkan biaya produksi per jumlah produk kemudian ditambahkan dengan margin profit yang diinginkan. Berikut rumus harga jual produk dengan cost plus pricing adalah:

Harga jual = total biaya yang dikeluarkan + (persentase margin x total biaya yang dikeluarkan)

Sebagai contoh, bisnis yang Anda jalankan bergerak di bidang retail yang menjual baju anak-anak. Setiap harinya Anda bisa memproduksi 100 baju anak-anak dengan jumlah biaya tetap mencapai Rp12.500.000,00 dan total biaya variabel mencapai Rp25.000.000,00. Anda berkeinginan untuk mendapatkan persentase profit sebesar 10% untuk setiap produk yang terjual, maka cara menentukan harga jual produk adalah:

Rp37.500.000,00 + (10% x Rp37.500.000,00)

= Rp37.500.000,00 + Rp3.750.000,00

= Rp41.250.000,00

Karena setiap harinya Anda bisa memproduksi 100 baju anak-anak, maka dari total Rp41.250.000,00 dibagi dengan 100 pcs baju. Maka Anda bisa menetapkan harga jual adalah sebesar Rp412.500,00 untuk setiap 1 pcs baju anak-anak.

4. Break Even Pricing ( BEP )

Cara menentukan harga jual produk  dengan break even pricing, dilakukan dengan cara menghitung titik impas ( pulang pokok ) Dimana jumalh biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah keuntungan atau laba yang diestimasikan.  Dengan mengetahui titik pulang pokok  maka dengan mudah menentukan harga jual produk yaitu menjual di atas harga pulang pokok. Karena dengan menjual seperti itu akan mendapatkan keuntungan atau laba. Demikian sebaliknya jika menjua di bawah Harag Pulang Pokok, akan mengalami kerugian.

Dalam metode penerapan harga break even pricing, jika permintaan akan produk meningkat, maka harga produk bisa ikut naik. Sebaliknya, jika permintaan akan produk menurun, maka harga produk bisa ikut turun.

5. Keystone Pricing

Keystone pricing termasuk salah satu cara menentukan harga jual produk yang bisa Anda gunakan. Metode penerapan harga ini dilakukan dengan menetapkan harga jual dua kali lipat dari total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Umumnya, cara menghitung harga jual per unit ini digunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang retail. Misalnya, biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat satu buah baju laki-laki dewasa adalah Rp250.000,00. Dengan menggunakan cara menentukan harga jual produk ini, Anda bisa menetapkan harga jual adalah Rp500.000,00.

Hal yang harus Anda perhatikan ketika ingin menggunakan cara menentukan harga jual produk ini adalah, ada harga ada kualitas. Jangan sampai dengan cara menghitung harga jual per unit ini, Anda tidak bisa memberikan kualitas produk yang tidak sepadan dengan harganya.

6. Manufacturer Suggested Retail Price ( MSRP )

Cara menentukan harga jual produk dengan metode  manufacturer suggested retail price , dilakukan dengan cara menjual produk dengan harga yang sudah ditetapkan oleh pabrik.

Umumnya, perusahaan yang menggunakan cara ini adalah yang bergerak di sektor manufaktur yang membuat kendaraan bermotor, produk elektronik, produk lainnya. Namun, bukan berarti Anda tidak bisa menggunakan cara menentukan harga jual produk sendiri. Untuk mendapatkan keuntungan, banyak pebisnis yang merubah harga jual produk dari harga yang ditetapkan pabrik.

7. Value Based Pricing

Pada metode  value based pricing ,  harga jual produk ditentukan oleh nilai barang tersebut, dan nilai barang  termasuk harga barang tersebut  ditentukan oleh pelanggan.

Cara menghitung harga jual per unit ini sering digunakan untuk mereka yang memiliki bisnis barang antik atau barang koleksi langka.

Pada umumnya, cara menghitung keuntungan jualan dengan value based pricing ditentukan oleh pelanggan. Dengan kata lain, pelanggan akan berani membayar dengan harga tinggi apabila nilai yang ditawarkan pun sama tingginya.

8. Harga Pasar

Satu lagi cara menentukan harga jual produk yang bisa Anda gunakan, yaitu berdasarkan harga pasar. Artinya, Anda bisa menggunakan biaya modal yang dikeluarkan sebagai cara menghitung harga jual per unit.

Metode penerapan harga ini menggunakan harga pasar untuk menentukan jumlah modal yang harus dikeluarkan dan juga untuk menentukan keuntungan yang Anda dapatkan.

Misalkan, harga jual satu porsi nasi uduk di daerah Anda adalah Rp5.000,00. Jika Anda ingin dapat untung, cara menentukan harga jual produk adalah dengan menetapkan harga beda yaitu  lebih murah atau lebih mahal sedikit dari harga pasaran. Sehingga Anda bisa memperhitungkan modal yang harus dikeluarkan.

Daftar Pustaka

https://www.kitalulus.com/blog/bisnis/cara-menentukan-harga-jual-produk/

 


Selasa, 19 Maret 2024

Biaya Produksi

 

Sekolah                       : SMKN 1 Labuan Bajo
Konsentasi                   : Akuntansi dan Keuangan Lembaga
Fase /Kelas                  : F /XI                             
Elemen                        : Kegiatan Produksi
Capaian Pembelajaran    :

Pada akhir fase F Peserta didik mampu mengidentifikasi sikap dan perilaku yang membuat sukses dan gagal dalam berwirausaha, peserta didik mampu menyusun rencana produksi meliputi menetapkan jenis dan jumlah produk, menetapkan desain/rancangan produk, menyusun proses kerja pembuatan prototipe/ contoh produk, dan menghitung biaya produksi.

Peserta didik mampu membuat produk mulai dari menyusun rencana dan jadwal kerja, menetapkan strategi produksi, menetapkan kriteria standar/spesifikasi produk, melaksanakan kegiatan produksi, pengendalian mutu produk (quality assurance).

Peserta didik mampu membuat desain kemasan, melaksanakan pengemasan produk, membuat labelling.

Peserta didik mampu menentukan strategi distribusi dan memberikan layanan terhadap keluhan pelanggan


A.   Pengertian Biaya Produksi

Dalam operasional bisnis, pengertian biaya produksi adalah sejumlah dana yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan pengolahan dan produksi bahan baku demi terciptanya suatu produk.

Biaya produksi atau cost production merupakan biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan atau badan usaha, mulai dari proses pengolahan bahan mentah hingga menghasilkan barang jadi. 

Akumulasi dana yang dikeluarkan dalam proses ini disebut sebagai cost production

Biaya produksi diperlukan untuk mengetahui harga jual suatu produk. Setelah seluruh biaya produksi dihitung, perusahaan bisa membaginya dengan total output yang dihasilkan dari biaya tersebut dan menetapkan harga lengkap dengan margin labanya.

Terdapat tiga unsur yang berpengaruh pada besarnya cost produksi, yakni biaya bahan baku langsung, tenaga kerja, dan overhead pabrik

Bahan baku langsung merupakan bahan dengan wujud fisik dan akan diproses menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. 

Sementara itu, para tenaga kerja membantu proses produksi dan akan mendapatkan upah. 

Unsur yang terakhir adalah overhead pabrik yang merupakan kumpulan komponen dalam industri manufaktur. 

Biaya-biaya yang masuk dalam unsur ini seperti biaya bahan baku tidak langsung, biaya pemeliharaan mesin, biaya air serta listrik, asuransi pabrik, serta biaya-biaya lain yang termasuk pengeluaran rutin perusahaan.

Sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi untuk suatu barang dan jasa guna dijual kembali dan menghasilkan keuntungan. 

Kegiatan tersebut tentu membutuhkan biaya, inilah yang bisa disebut dengan biaya produksi sebuah perusahaan.

A.     Unsur Biaya Produksi

Pada dasarnya biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dilakukan pada proses produksi perusahaan. 

Biaya tersebut meliputi bahan baku, overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung. Ketiga unsur biaya tersebut sangat berpengaruh pada kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan.

1Direct Material atau Bahan Baku Langsung

Bahan yang berbentuk fisik serta diidentifikasi dan diproses menjadi bagian barang jadi, atau dapat dilihat asal usulnya sebagai barang jadi dengan cara ekonomis dan sederhana.

2. Direct Labor atau Tenaga Kerja Langsung

Bahan baku yang menjadi produk jadi telah dikonversi oleh tenaga kerja yang melakukan kegiatan tersebut dan bisa digabungkan secara layak ke produk tertentu dalam proses produksi.

Keterlibatan sumber daya manusia membuat perusahaan wajib memberikan upah sebagai ganti tenaga yang telah dikeluarkan. 

Sehingga, unsur biaya produksi adalah biaya sumber daya manusia. Biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk gaji bulanan atau dalam periode tertentu sesuai kesepakatan.

3. Factory Overhead atau Overhead Pabrik

Adanya unsur biaya manufaktur yang tidak terlihat secara langsung pada pengeluaran tertentu. 

Pada pelaporan keuangan, biasanya overhead pabrik memasukkan semua biaya manufaktur. Tanpa memasukkan unsur bahan baku langsung serta tenaga kerja langsung dalam proses produksi.

Adanya ketiga unsur penting ini tidak bisa dilepaskan dari biaya produksi sebuah perusahaan. 

Banyaknya biaya overhead pabrik juga akan memengaruhi biaya yang akan dicatat dalam laporan keuangan, seperti:

  • Adanya biaya bahan baku tak langsung
  • Tenaga kerja tidak langsung
  • Biaya pemeliharaan mesin serta reparasi
  • Amortisasi dan depresiasi
  • Biaya air dan listrik pabrik
  • Asuransi pabrik
  • Operasi, dll.

Hal tersebut akan berpengaruh dalam menghitung production cost pada suatu bisnis. 

Biaya-biaya tersebut memang melibatkan berbagai macam unsur dan kebutuhan dalam pelaksanaan proses pembuatan suatu barang dan jasa. 

Selain itu, pengaruh dari adanya biaya ini akan terlihat pada saat pelaporan keuangan perusahaan.

A.   Jenis-Jenis Biaya Produksi

Secara garis besar, biaya produksi perusahaan ada dua jenis, yaitu biaya produksi eksplisit dan implisit. 

Selengkapnya tentang penjelasan dua jenis biaya produksi tersebut adalah sebagai berikut.

Biaya Eksplisit (Langsung)

Biaya eksplisit atau langsung merupakan jenis biaya produksi yang dialokasikan perusahaan dalam membeli sejumlah kebutuhan dengan pembayaran tunai.

Dalam hal ini, contoh biaya produksi adalah pembelian bangunan, tanah, mesin, gaji karyawan, dan bahan baku.

Jenis biaya produksi eksplisit akan dicatat secara langsung dalam laporan keuangan. Besaran biaya langsung seringkali berbeda setiap waktunya. Mengingat harga bahan baku atau kebutuhan lainnya mengalami naik turun.

Biaya Implisit (Tersembunyi)

Jenis biaya produksi berikutnya adalah biaya implisit (tersembunyi). Biaya implisit merupakan pengeluaran perusahaan dalam memberikan fasilitas produksi tanpa memengaruhi proses manufaktur secara langsung. 

Namun hasilnya dirasakan dalam jangka panjang. Biasanya biaya tidak langsung ini dimasukkan dalam biaya overhead

Contoh biaya produksi eksplisit yaitu perawatan mesin, pelatihan SDM, biaya sewa, dan sebagainya.

Contoh Komponen Biaya Produksi

Ketika terlibat dalam sebuah proses produksi, sangat penting untuk mengetahui hal apa saja yang termasuk production cost

Apalagi pengeluaran dana tersebut akan berpengaruh pada harga barang dan pelaporan keuangan perusahaan. 

Beberapa contoh biaya produksi yang digunakan dalam acuan perhitungan produksi terdiri dari:

Biaya Total (Total Cost = TC )

Dalam periode waktu tertentu, sebuah perusahaan akan menghasilkan sejumlah barang jadi. Total biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan terhitung sebagai biaya produksi atau biaya total.

Rumus:  TC = FC  +  VC

Biaya Rata-Rata ( AC = Average Cost )

Dalam menghasilkan barang, ada biaya yang harus dihasilkan dalam setiap produksi per unitnya. Jadi, ketika total biaya dibagi dengan jumlah produk ( Quantitas = Q ) yang dihasilkan, maka nominal production cost yang didapatkan akan disebut sebagai biaya rata-rata. 

Rumus :  AC = TC  :  Q

 

Biaya Tetap   ( FC = Fixed Cost )

Biaya tetap merupakan jumlah biaya tetap yang harus dikeluarkan dan tidak bergantung pada hasil produksi dalam kurun waktu tertentu. 

Misalnya: biaya sewa gedung, biaya administrasi, serta pajak perusahaan.

Jika Biaya  Tetap dibagi dengan jumlah produksi ( Q ) maka menghasilkan Biaya Tetap Rata-Rata ( AFC )

Rumus : AFC  =  FC  :  Q

 

Biaya Variabel ( VC = Variable Cost )

Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dapat berubah-ubah, tergantung dengan hasil produksi. Bila hasil produksi besar, maka biaya variabel yang dikeluarkan pun besar. 

Sebaliknya, bila produksi kecil, maka biaya variabel yang dikeluarkan kecil. Beberapa jenis biaya variabel adalah biaya bahan baku yang digunakan serta upah pekerja harian. 

Jika Biaya Variabel ( VC ) dibagi dengan jumlah produksi ( Q ) maka mengasilkan biaya variable rata-rata ( AVC )

Rumus : AVC  = VC  :  Q

 

Biaya Marjinal  ( MC = Marginal Cost )

Biaya marjinal adalah biaya tambahan yang diperlukan saat memproduksi sebuah unit barang. 

Marginal cost yang muncul saat adanya perluasan produksi ketika akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Kondisi ini terjadi misalnya ada pesanan mendadak yang harus dipenuhi. 

Rumus : ∆TC  :   ∆Q 


Teori Biaya Produksi

Sebelum menginjak pembahasan cara menghitung biaya produksi, sebaiknya Anda perlu mengetahui teori biaya produksi. Adapun penjelasan teori biaya produksi adalah sebagai berikut.

 

Full Costing

Full costing adalah metode perhitungan biaya produksi dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi dalam perilaku tetap dan variabel. 

Jadi, seluruh biaya bahan baku, sumber daya manusia, dan overhead akan dijumlahkan hingga menghasilkan biaya full costing.

 

Variable Costing

Ada pula cara perhitungan biaya produksi melibatkan biaya variabel saja dengan unsur biaya produksi sama. 

Kondisi demikian masuk dalam teori biaya produksi adalah variable costing. Namun sangat jarang perusahaan menggunakan metode tersebut karena biaya tetap tidak akan muncul nantinya.

Rumus Biaya Produksi

Setelah mengetahui berbagai jenis biaya produksi, di bawah ini dijelaskan cara menghitung biaya produksi sehingga kamu bisa menetapkan harga jual suatu produk.

  • Tentukan Penggunaan Teori Biaya Produksi

Pertama, cara menghitung biaya produksi adalah menentukan penggunaan teori biaya produksi.

Kamu dapat menyesuaikan kondisi keuangan perusahaan dengan teori biaya produksi yang cocok.

  • Susun dan Total Pembelian Bahan Baku ( BB )

Setelah menentukan metode yang tepat, silakan buat daftar seluruh bahan baku yang sudah dibeli beserta harga per satuannya. Kemudian, jumlahkan seluruh harga pembelian bahan baku.

 

Rumus biaya produksi  berikut ini:

 

Persediaan  awal bahan baku + Pembelian bahan baku – Persediaan  akhir bahan baku = Biaya bahan baku telah digunakan

 

  • Rincikan dan Jumlahkan Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL)

Kemudian kamu membuat perhitungan rinci terkait jumlah sumber daya manusia yang dipekerjakan beserta posisi dan besaran upah masing-masing. Lalu, total seluruh gaji masing-masing tenaga kerja.

Hasil akhir tersebut merupakan biaya sumber daya manusia dan digunakan dalam perhitungan harga produksi.

 

  • Buat Perhitungan Biaya Overhead ( BOP

Berikutnya, perhitungan unsur biaya produksi adalah biaya overhead. Setiap periode produksi bisa saja alokasi dan besaran biaya ini berbeda-beda.

Catat seluruh pengeluaran biaya overhead secara mendetail baik kuantitas dan harganya. Buatlah perhitungan biaya dari seluruh pengeluaran tersebut.

 

  • Jumlahkan Seluruh Biaya Pengeluaran

Semua besaran total masing-masing unsur biaya produksi telah diketahui. Selanjutnya, cara menghitung biaya produksi adalah melakukan penjumlahan seluruh biaya pengeluaran baik secara variabel atau tetap.

Kamu bisa menerapkan rumus biaya produksi di bawah ini dalam perhitungannya.

Total Biaya Produksi = Total Biaya Bahan Baku + Total Biaya Tenaga Kerja Langsung  + Total Biaya Overhead Produksi   atau

Biaya Produksi  =  Biaya BB  +  BTKL  +  BOP

  • Tetapkan Harga Pokok Produksi Setiap Produk

Terakhir, silakan menetapkan harga pokok produksi setiap produk melalui cara membagi total biaya produksi akhir dengan total kuantitas produk.

Selain cara tersebut, kamu juga bisa menggunakan rumus biaya produksi ini.

Harga Pokok Produksi Rata-rata = (Jumlah biaya produksi + sisa awal persediaan barang saat proses produksi – sisa akhir persediaan barang saat proses produksi) : kuantitas produk

Setelah mengetahui contoh production cost dan rumusnya, berikutnya adalah mengetahui bagaimana cara dalam perhitungan biaya produksi tersebut.

Contoh Pertama Rumus Biaya Produksi: 

Sebuah perusahaan CV. WAE TOTONINU Wae Kesambi bergerak dalam produksi sepatu formal pria. Rupanya dalam kurun waktu satu bulan, mereka mampu memproduksi 2.500 produk sepatu yang dapat langsung digunakan. 

Produk ini rencananya akan dipasarkan ke enam toko besar termasuk memasarkan di platform e-commerce. Dalam proses produksi 2.500 produk sepatu maka akan diperlukan:

  • Rp40.000.000 – pengadaan bahan baku
  • Rp15.000.000 – membayar gaji karyawan
  • Rp20.000.000 – iklan dan endorsement
  • Rp6.000.000 – biaya kuota internet
  • Rp6.000.000 – transport produk ke enam toko besar
  • Rp5.000.000 – pengemasan produk
  • Rp3.000.000 – pengeluaran gudang penyimpanan

Setelah ditambahkan, semua biaya tersebut akan menghasilkan production cost sebesar Rp95.000.000. Bila dibagi dengan 2.500 unit produk, biaya rata-rata untuk satu buah barang tersebut adalah Rp38.000.

Contoh Kedua Rumus Biaya Produksi:

Contoh lain , PT LARASAKTI  adalah perusahaan dalam pengadaan alat rumah tangga. Di awal Agustus, PT PT. LARASAKTI  memiliki laporan bisnis sebagai berikut:

  • Persediaan bahan baku mentah Rp50.000.000
  • Bahan baku setengah jadi Rp80.000.000
  • Barang jadi yang siap dijual Rp110.000.000
  • Pembelian persediaan bahan baku Rp700.000.000
  • Biaya pengiriman Rp10.000.000.
  • Biaya pemeliharaan mesin Rp8.000.000
  • Sisa penggunaan bahan baku serta sisa bahan setengah jadi Rp50.000.000
  • Sisa bahan baku setengah jadi Rp10.000.000
  • Alat rumah tangga siap dijual Rp25.000.000.

Tahap 1:

Bahan baku digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku - saldo akhir bahan baku

80.000.000 + ( 700.000.000 +10.000.000) – 50.000.000 = 740.000.000

Tahap 2:

Total production cost = bahan baku digunakan + tenaga kerja langsung + overhead produksi

135.000.000+ 8.000.000 = 143.000.000

Tahap 3:

Harga pokok produksi = total biaya + saldo awal persediaan – saldo akhir persediaan

143.000.000 + 80.000.000 – 10.000.000 = 213.000.000

Tahap 4:

Harga pokok produksi = HPP + persediaan barang awal – persediaan barang akhir.

213.000.000 + 110.000.000 – 25.000.000 = 298.000.000

Jadi, harga pokok produksi bulan Agustus adalah Rp298.000.000.

Dengan mengetahui proses dari perhitungan production cost serta contohnya, kamu dapat menentukan berapa seharusnya harga barang yang akan dipasarkan. 

Bila ternyata biaya produksi masih terlampau besar, lakukanlah beberapa langkah strategis untuk menekan komponen biaya ini. Misalnya, dengan menghemat pemakaian listrik serta membeli peralatan produksi bekas. 


TUGAS

TOPIK          : BIAYA PRODUSI
Tujuan           : 1. Peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis Biaya Produksi
                       2. Peserta didik dapat menghitung Biaya Produksi
Nama            : ………………..
Kelas            : ………………..
Insturksi       : Hitunglah TC, AFC, AVC, AC dan MC

No

Q

FC

VC

TC

AFC

AVC

AC

MC

1

0

1.000.000

-

 

 

 

 

 

2

2

1.000.000

3.500.000

 

 

 

 

 

3

4

1.000.000

5.000.000

 

 

 

 

 

4

6

1.000.000

7.500.000

 

 

 

 

 

5

8

1.000.000

10.000.000

 

 

 

 

 

6

10

1.000.000

12.500.000

 

 

 

 

 

7

12

1.000.000

15.000.000

 

 

 

 

 

8

14

1.000.000

17.500.000

 

 

 

 

 

9

16

1.000.000

20.000.000

 

 

 

 

 

10

20

1.000.000

22.500.000